Disampaikan oleh: Advokat Suwadi, SH, MH.
Akar dari masalah ini bukan sekadar ketidakmampuan individu menghadapi tekanan hidup, tetapi sistem kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini menciptakan standar hidup yang tidak realistis, menanamkan nilai-nilai yang menghancurkan jiwa, dan mengabaikan fitrah manusia sebagai makhluk yang membutuhkan Allah. Kapitalisme, misalnya, menjadikan manusia hanya alat produksi dan konsumen, mengabaikan kesejahteraan batin mereka. Dalam sistem ini, mereka yang lemah dibiarkan jatuh tanpa pertolongan, sementara yang kuat semakin menekan yang lemah.
Solusi duniawi seperti konseling atau terapi hanya menyentuh gejala, bukan akar permasalahan. Bahkan, banyak dari solusi ini masih berakar pada pemikiran sekuler yang memisahkan manusia dari Tuhannya. Sementara itu, Islam hadir dengan solusi yang menyeluruh dan mendalam. Islam tidak hanya memberikan makna hidup, tetapi juga menetapkan sistem kehidupan yang adil dan menentramkan jiwa.
Dalam Islam, hidup tidak diukur dari materi, cinta, atau status sosial, melainkan dari ketakwaan dan sejauh mana seseorang melaksanakan perintah Allah. Islam mengajarkan manusia untuk bersandar hanya kepada Allah, memperkuat ukhuwah agar saling menopang, dan menegakkan syariat untuk menciptakan keadilan. Dalam syariat, tidak ada riba yang menjerat, tidak ada standar hidup yang memberatkan, dan tidak ada kesenjangan yang memisahkan.
Jika manusia terus hidup di bawah sistem sekuler yang rusak ini, bunuh diri dan keputusasaan akan tetap menjadi fenomena yang menghantui. Sudah saatnya umat kembali kepada Islam sebagai solusi hidup, dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.
Wallahua'lam