LEGAL OPINION - Publik tercengang dengan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Kesehatan yang baru-baru ini didengungkan menuai kontroversi. Terdapat pasal yang menyebut penyediaan alat kontrasepsi bagi kelompok usia sekolah dan remaja mengundang polemik tajam di masyarakat.
Pasal 103 ayat (4) PP 28 Tahun 2024: “Pelayanan Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) paling sedikit meliputi: a. deteksi dini penyakit atau skrining; b. pengobatan; c. rehabilitasi; d. konseling; dan e. penyediaan alat kontrasepsi.”
PP 28/2024 ini sebetulnya bertentangan dengan undang-undang, PP 28/2024 menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang membuat peraturan seperti tidak mengetahui ada undang-undang yang melarang penyediaan alat kontrasepsi. PP 28/2024 ini menunjukkan kepada publik adanya tumpang tindih dan tidak sinkron.
Dalam konteks penyebarannya kondom di masyarakat, undang-undang memberikan perlindungan pada anak. Dalam UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, maka salah satu bentuk perlindungan adalah yaitu anak wajib dilindungi dari pengaruh dan kejahatan seksual. Anak adalah orang yang berusia di bawah 18 tahun.
Ada ketentuan mempertunjukkan alat pencegah kehamilan dan alat pengguguran kandungan, di mana Pasal 408 UU Nomor 1 Tahun 2023 yang menentukan:
"Setiap Orang yang secara terang-terangan mempertunjukkan, menawarkan, menyiarkan tulisan, atau menunjukkan untuk dapat memperoleh alat pencegah kehamilan kepada Anak, dipidana dengan pidana denda paling banyak kategori I".
Kemudian Pasal 409 KUHP baru, menentukan:
"Setiap Orang yang tanpa hak secara terang-terangan mempertunjukkan suatu alat untuk menggugurkan kandungan, menawarkan, menyiarkan tulisan, atau menunjukkan untuk dapat memperoleh alat untuk menggugurkan kandungan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Bulan atau pidana denda paling banyak kategori II"
Sehingga jika PP 28/2024 ini di uji materiil di Mahkamah Agung, sangat berpeluang untuk dibatalkan.
Lebih jauh dari itu, perlu dipahami bahwa negeri ini masih menerapkan sistem kapitalisme dengan asas sekuler (pemisahan agama dengan kehidupan), yakni agama tidak berhak mengatur kehidupan manusia. Maka, tidak heran banyak tindakan tak bermoral yang dilakukan rakyat dan penguasa.
Sekularisme dibiarkan tumbuh subur, sementara rakyat yang ingin menjalankan kehidupan sesuai agamanya harus berhadapan dengan penguasa dengan berbagai tuduhan dan persekusi. Menyedihkan.
Demikian, semoga bermanfaat...
Menyediakan Kondom Di Sekolah, Dapat Dipidana
sultannews.co.id
Jumat | 17:05 WIB
Last Updated
2024-08-09T10:06:04Z
Oleh: Advokat Suwadi, SH, MH.
(Advokat LBH PELITA UMAT BANTEN)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
Trending Now
-
SERANG - Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Bapak Purkon Rohiyat, S.H., M.H. didampingi Kepala Seksi Intelijen M. Ichsan, S.H., M.H. beserta Ja...
-
SERANG - Lantaran terlibat dalam pemalsuan dokumen kepemilikan tanah, Kades Bojong Catang berinisial AD (65) ditangkap dan ditetapkan sebaga...
-
JAKARTA - Puluhan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Serang menggelar aksi di depan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mab...
-
SERANG - Menanggapi pemberitaan sebelumnya dengan judul Kegiatan CV. Mitra Mahameru Sinergi Diduga Tidak Sesuai Prosedur Perkerasan, Dinas P...
-
STN - Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga....