latihan terjun payung militer udara di Gorda Serang foto tangkap layar YouTube Mang Dhepi Channel |
Di zaman penjajahan Jepang, lapangan terbang ini memiliki jasa yang amat besar untuk keberhasilan militer melakukan penjajahan di wilayah paling barat pulau Jawa.
Menariknya, bandara kecil ini sempat tidak diketahui keberadaannya oleh masyarakat Serang termasuk Banten. Bahkan bandara ini juga bisa menyembunyikan pesawat yang mendarat di sini, tanpa terlacak.
Walau begitu, lapangan terbang Gorda ini memiliki fasilitas yang lengkap termasuk landasan pacu yang aman dilintasi pesawat walau berbahan tanah dan batu.
Berdasarkan hasil penelusuran, lapangan terbang Gorda berada di Desa Lamaran, Kecamatan Binuang, Kabupaten Serang, Banten.
Hingga sekarang, tak banyak warga di Serang bahkan Binuang yang mengetahui latar belakang keberadaannya. Letaknya benar-benar tersembunyi, dengan akses jalan yang rusak terutama ketika musim penghujan.
Menurut informasi, bandara ini dibangun setahun setelah kedatangan Jepang di Indonesia dengan perhitungan keamanan yang matang. Luasnya mencapai 712 hektare, yang juga termasuk ke wilayah Kecamatan Cikande.
Difungsikan Sebagai Bandara Insidental
Dalam kanal Youtube Mang Dhepi Channel yang memuat sejarah serta kebudayaan di Banten, disebutkan bahwa lapangan terbang ini dulunya bersifat insidental. Artinya, hanya difungsikan di waktu-waktu tertentu saat dibutuhkan.
Di sekitar landasan pacu pun tidak dibangun hanggar pesawat ataupun bangunan untuk kru pesawat.
Di zaman Jepang, minim sekali aktivitas di sini sehingga tidak tampak seperti kawasan pangkalan militer. Pemerintah kolonial Jepang berusaha menutupi rapat-rapat keberadaan lapangan terbang Gorda.
Namun bandara mini ini pernah menjadi lokasi pendaratan pesawat militer dan lokasi pendistribusian bahan bakar serta logistik dan peralatan perang.
Gunakan Teknologi Landasan Pacu yang Baik
Menurut Jurnal Pendidikan Sejarah Widya Winayata yang ditulis oleh Okti Wahyu Saputri, Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo dan Rikza Fauzan dari Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berjudul “Peristiwa Perebutan Pangkalan Udara Gorda di Cikande tahun 1945” menyebut jika pembangunan pangkalan udara ini sudah memakai teknologi yang ramah bagi pesawat.
Padahal, saat itu pasukan militer Jepang tidak memakai bantuan semen, aspal maupun campuran beton agregat yang kokoh layaknya landasan pacu era sekarang.
Bahan yang digunakan untuk ladasan pacu ialah tanah di lapisan paling dasar, lalu ijuk-ijuk dari pohon aren sebagai serat penguat, lalu pasir, di atasnya diberi batu dan terakhir adalah tanah berumput.
Punya Fasilitas Lengkap dan Bisa Sembunyikan Pesawat
Menurut Okti dan rekan-rekannya, bandara darurat tersebut juga dulu memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Beberapa yang pernah berdiri di antaranya rumah sakit, gudang bahan bakar, pos-pos penjagaan, gudang peluru dan senjata, perkantoran serta kompleks perumahan bagi tentara.
Karena fungsinya sebagai pangkalan udara rahasia, maka banyak pesawat yang disembunyikan di sana. Sebagai gambaran, di masa itu lapangan terbang Gorda masih terdiri dari rawa, rumput ilalang dan wilayah hutan. Saking tebalnya semak belukar, pesawat yang sudah melaksanakan misi tertentu akan langsung disembunyikan di dalam semak-semak.
Kendati berukuran besar, keberadaan pesawat tetap tidak terlacak. Musuh yang mengintai dari udara pun tidak mengetahui keberadaan persembunyian pesawat militer Jepang. Ini memudahkan pasukan kolonial Jepang dalam mengisi amunisi dan menyalurkan bahan bakar keperluan perang.
Dalam kanal Youtube Mang Dhepi disebutkan jika saat ini pengelolaannya dipegang oleh Angkata Udara Republik Indonesia atau AURI.
Keberadaan lapangan terbang Gorda di Serang masih digunakan untuk latihan militer udara dan terjun payung.
Sebagai penanda, terdapat balon udara yang dipasang di tiang yang ditempatkan di atas bukit. Bentuk landasan pacunya masih sama, dengan kondisi yang saat ini lebih terawat.