Dok. M. Ishom El Saha (Pengasuh Ponpes Qod Atta Lipatik Kota Serang). |
SERANG - Menjadi manusia beriman, sehat jasmani dan rohaninya, berkecukupan hidupnya itu nikmat. Sementara mampu membaca Al-Qur'an dan memahaminya, cinta kepada Rasulullah Saw adalah "Minnah".
Minnah adalah anugerah agung yang dapat mengungkit dan merubah nasib manusia. Lho, mengapa beriman dan islam masuknya ke dalam nikmat bukan Minnah?
Sebab, iman dan Islam itu pada dasarnya sudah menjadi komitmen awal dari semenjak manusia di alam arwah. Sehingga kalau telah lahir dan tumbuh dewasa beriman dan berislam maka hal itu pada dasarnya nikmat bahwa kita berkomitmen mempertahankan prinsip.
Tapi lain halnya dengan -- misalnya-- cinta Rasulullah Saw. Seorang sahabat Abdullah b Umar, karena menetap di Mekkah, beliau merasa perlu sewaktu-waktu berkunjung ke Madinah. Di Raudah dekat pusara Rasulullah, beliau sering dijumpai tersenyum sendiri sambil merebahkan badannya ke lantai. Ketika ditanya mengapa? Beliau jawab: saya senang melihat Rasulullah sedang melakukan ini melakukan itu.
Begitu pula golongan tabiin yang biasa menyampaikan hadits-hadits Nabi kepada jamaah di Mesjid Nabawi, mereka karena sangat cinta kepada Nabi, tak satupun yang bisa menyampaikan secara lancar hadits Nabi. Mereka akan terbata-bata kalimatnya. Kenapa? Karena mereka cinta dan merasakan hadirnya Nabi.
Pengalaman ini disampaikan oleh Abdullah b. Mubarak ketika menyimak penjelasan hadits Nabi yang disampaikan Imam Malik. Menurutnya ketika dirinya membersamai imam Malik selalu keluar masuk majlis untuk bersuci, mengolesi bajunya dengan parfum baru.
Kata Abdullah b. Mubarak: "Wahai sahabat! Baru kali ini aku lihat engkau tidak bolak balik keluar majlis dan lancar sekali menyampaikan hadits-hadits Nabi"
Imam Malik menjawab: "karena baru kali ini aku didekte langsung oleh Rasulullah. Rasa sungkan bercampur rindu selama ini membuatku grogi. Tapi tidak kali ini."
Demikian minnah yaitu anugerah yang sangat besar (النعمة الثقيلة). Apa salah cinta kepada Nabi melampaui batas? Tidak!
Di dalam Al-Qur'an ketika menjelaskan fungsi kenabian, Allah menggunakan kata yang berakar dasar dari Minnah
لقد من الله اذ بعث فيهم رسولا من انفسهم
Firman Allah juga
ونريد أن نمن على الذين استضعفوا
Karena kita bukan siapa-siapa (mustad'fin), silahkan tumpahkan rasa cinta kalian kepada Rasulullah di bulan ini.
Mungkin mereka yang masih ogah menumpahkan cintanya kepada Nabi. Tidak mau maulid adalah golongan orang orang yang istikbar (mustakbirin) bukan mustad'afin seperti kita umumnya.