 |
| Oleh Adv Suwadi,S.H, M.H |
Teori pembuktian adalah suatu sistem peraturan dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengadilan untuk menentukan kebenaran dari fakta-fakta yang disajikan oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Teori pembuktian memiliki tujuan untuk membantu hakim atau pengadilan dalam membuat keputusan yang tepat berdasarkan fakta yang terbukti di persidangan.
Di dalam teori pembuktian, terdapat berbagai aspek penting yang harus diperhatikan oleh para pengacara atau hakim, seperti burden of proof atau beban pembuktian, standard of proof atau standar pembuktian, serta jenis bukti atau evidence yang diperbolehkan di persidangan.
Burden of proof atau beban pembuktian adalah hak untuk menuntut pihak lain untuk membuktikan klaimnya di persidangan. Dalam sebagian besar nilai hukum, burden of proof ditempatkan pada pihak yang membuat klaim atau tuntutan di persidangan.
Pihak tersebut harus membuktikan bahwa klaim mereka benar atau memenuhi standar pembuktian yang telah ditentukan oleh hukum dan peraturan yang berlaku.
Standard of proof atau standar pembuktian adalah tingkat kepastian yang diperlukan untuk membuktikan suatu fakta atau klaim di persidangan.
Standar pembuktian dapat berbeda tergantung pada jenis kasus atau persoalan hukum yang dihadapi. Sebagai contoh, dalam kasus pidana, standar pembuktian yang digunakan adalah beyond reasonable doubt atau melebihi keraguan yang wajar.
Jenis bukti atau evidence yang diperbolehkan di persidangan juga penting dalam teori pembuktian. Bukti tersebut harus memiliki kredibilitas atau dapat dipercaya, ikut menghubungkan kejadian atau fakta dengan klaim atau tuntutan yang dibuat, dan memenuhi standar pembuktian yang berlaku.
Teori pembuktian adalah suatu sistem yang kompleks dan detail yang bertujuan untuk membantu pengadilan dalam membuat keputusan yang adil dan tepat berdasarkan fakta-fakta yang terbukti di persidangan, sehingga benar-benar menentukan kebenaran fakta di balik perselisihan yang sedang berlangsung.
