Malam 1 Suro Bagi Masyarakat Jawa, Ada Makna dan Sejarahnya

sultannews.co.id
Rabu | 12:05 WIB Last Updated 2023-07-22T20:34:19Z
Ilustrasi

Tradisi malam satu Suro merupakan perayaan awal bulan Sura yang menjadi awal tahun baru dalam kalender Jawa. 


Perayaan malam satu Suro ini menjadi tradisi yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam.


Menurut situs Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, bulan Suro dianggap masyarakat suku Jawa sebagai bulan sakral. 


Berbagai macam acara diselenggarakan masyarakat Jawa dari berbagai daerah dengan kegiatan dan makna berbeda-beda dalam rangka merayakan malam satu Suro.


Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah malam satu Suro, simak pemaparan sejarahnya yang dihimpun dari catatan redaksi berikut ini:


Sejarah Malam Satu Suro


Awal mula perayaan malam satu Suro konon bertujuan untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. 


Pada tahun 931 Hijriah atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada zaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah (Islam) dengan sistem kalender Jawa pada masa itu.


Sementara menurut catatan sejarah lainnya, penetapan satu Suro sebagai awal tahun baru Jawa dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). 


Pada 1633 Masehi atau 1555 tahun Jawa, Sultan Agung menetapkan Tahun Jawa atau tahun Baru Saka diberlakukan di bumi Mataram dan menetapkan 1 Suro sebagai tanda awal tahun baru Jawa.


Pada saat itu, masyarakat umumnya mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwariskan dari tradisi Hindu, sedangkan Kesultanan Mataram Islam sudah menggunakan sistem kalender Hijriah. 


Sultan Agung yang ingin memperluas ajaran Islam di Tanah Jawa berinisiatif memadukan kalender Saka dengan kalender Hijriah menjadi kalender Jawa.


Hal tersebut bermaksud bahwa Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya. Selain untuk menggempur Belanda di Batavia


Hal itu juga bertujuan untuk menyatukan Pulau Jawa. Maka dari itu, Sultan Agung tidak ingin rakyatnya terpecah belah karena perbedaan keyakinan agama.


Penyatuan kalender tersebut pun dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi. 


Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro yang bertepatan pula dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah.


Sementara itu, Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Untuk itu, pada setiap hari Jumat Legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil dilakukan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.


Dengan demikian, tanggal 1 Muharram atau 1 Suro Jawa yang dimulai pada hari Jumat Legi juga turut dikeramatkan. Bahkan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.


Makna Malam Satu Suro


Sejak saat itu hingga kini, malam satu Suro dimaknai sebagai bulan pertama dalam kalender Jawa-Islam. Penyebutan kata 'Suro' bagi masyarakat Jawa artinya bulan Muharam dalam kalender Hijriah. 


Kata tersebut berasal dari kata 'Asyura' dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung.


Namun Sultan Agung masih memadupadankan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka, tujuannya agar dapat merayakan keagamaan diadakan bersamaan dengan seluruh umat Islam dan menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).


Makna malam satu Suro bagi masyarakat Jawa di beberapa daerah mengenai bulan Suro diartikan sebagai bulan yang menyeramkan, seperti penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib. 


Beberapa masyarakat juga masih percaya dengan berbagai macam mitos yang pantang untuk dilanggar, seperti larangan malam 1 Suro untuk keluar rumah.


Editor: Zami 

iklaniklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Malam 1 Suro Bagi Masyarakat Jawa, Ada Makna dan Sejarahnya

Trending Now

Iklan