Tangerang - Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tigaraksa melalaui Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang yang menelan anggaran Rp229.419.000.000 memiliki beragam risiko.
Pasalnya, lokasi pembangunan RSUD Tigaraksa ini berdampingan dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang untuk mentransmisikan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh untuk disalurkan ke stasiun distribusi.
Padahal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengeluarkan Peraturan menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Ruang Bebas dan Jarak Minimum Jaringan Transmisi Tenaga Listrik dan Kompensasi atas Tanah, Bangunan dan/atau Tanaman yang berada di Bawah Ruang Bebas Jaringan Transmisi Tenaga Listrik.
Dijelasakan pada BAB III pasal 3 Nomor 7 butir C, Menimbun atau menguruk tanah di bawah ruang bebas yang dapat mengakibatkan perubahan jarak minimum antara konduktor jaringan transmisi tenaga listrik dan tanah.
Serta menggali tanah atau melakukan pekerjaan konstruksi lainnya yang berpotensi mempengaruhi kekuatan konstruksi tapak menara atau tiang.
Menanggapi hal ini, salah satu Aktivis di Provinsi Banten, Kamson mengatakan pembangunan RSUD Tigaraksa ini banyak beriesiko, perlu diketahui elektromagnetik yang dihasilkan dari SUTET 500 kV mampu memunculkan gejala hipersensitivitas yang bisa disebut sebagai electrical sensitivity.
"Radiasi yang dihasilkan oleh SUTET memiliki gelombang suara berfrekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga, ini pihak Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang mengalokasikan pembangunan RSUD Tigaraksa dengan menara SUTET," katanya, Kamis (22/6/23).
Gejala itu kata Kamson menjelaskan berupa keluhan tidak enak badan, kepala terasa pening, hingga kelelahan yang berkepanjangan.
"Selain dampaknya itu, dikhawatirkan menara SUTET roboh karena angin kencang atau hal lainnya," terangnya. [Mat/*]
